Minggu, 22 September 2019

Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Industri Gresik

www.upnjatim.ac.id
agrotek.upnjatim.ac.id
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Industri Gresik
(Ainur Rohim / 1625010146)
Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH)
RTH adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. RTH berfungsi untuk menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara dan air yang akan menjadi produsen oksigen dan penyerap air hujan. RTH juga berfungsi untuk sosial budaya dengan menggambarkan ekspresi budaya lokal dan bisa sebagai tempat rekreasi. Tidak hanya itu, RTH juga memiliki fungsi ekonomi dan fungsi estetika. Fungsi ekonomi berupa sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman bunga, buah, dan sayur-sayuran. Fungsi estetika berupa semakin indahnya lingkungan kota baik skala mikro yang berupa halaman rumah dan lingkungan pemukiman, maupun skala makro yang berupa lanskap kota secara keseluruhan. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah). Manfaat tidak langsung yang berarti bersifat jangka panjang adalah pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).
Pengertian Kawasan Industri
Kawasan industri adalah sebidang lahan yang dipetakan sesuai dengan rancangan menyeluruh yang dilengkapi dengan jalan, kemudahan-kemudahan umum dengan atau tanpa bangunan pabrik, yang digunakan untuk pengarahan industri dan dikelola secara khusus. Menurut Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2009 tentang kawasan industri, disebutkan bahwa kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Lebih lanjut Dirdjojuwono (2004) berpendapat bahwa kawasan industri adalah suatu daerah yang didominasi oleh aktivitas industri yang mempunyai fasilitas kombinasi terdiri dari peralatan-peralatan pabrik (industrial plants), sarana penelitian dan laboratorium untuk pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta fasilitas sosial dan fasilitas umum.
            Berdasarkan pengertian diatas, suatu lokasi dapat disebut sebagai suatu kawasan industri jika memiliki 2 (dua) ciri utama, yaitu: (a) lahan yang disiapkan sudah dilengkapi prasarana dan sarana penunjang, dan (b) terhadap lahan yang disiapkan terdapat suatu badan/manajemen pengelola yang telah memiliki izin usaha sebagai kawasan industri.
Keberadaan RTH di Kawasan Industri
RTH mempunyai peran penting dalam suatu kawasan industri, dimana suatu kawasan industri yang banyak menghasilkan limbah dan polusi yang berasal dari aktivitas-aktivitas industri  membutuhkan kehadiran suatu lingkungan hijau dalam suatu RTH. Dirdjojuwono (2004) menjelaskan bahwa fungsi RTH di kawasan industri antara lain: (a) memperindah tampilan lahan kawasan serta menyediakan lingkungan yang menarik bagi pembeli atau penyewa prospektif, (b) penghijauan lahan sehingga memberikan udara yang sejuk dan segar, (c) menyediakan pohon-pohon pelindung, (d) menutup tanah yang tidak digunakan untuk bangunan dan jalan, misalnya dengan rumput, semak, atau perdu, (e) sebagai pagar pembatas antara dua fungsi lahan yang berbeda atau antara dua jalur jalan di dalam kawasan, dan (f) sebagai daerah resapan air untuk penangkal banjir.
Menurut Saraswati (2008), keberadaan RTH yang berkaitan dengan suatu kawasan industri diharapkan mampu menjaga keseimbangan ekosistem dan dapat berfungsi antara lain sebagai:
1.    Penahan dan penyaring partikel padat dari udara. Dengan adanya RTH partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan mekanisme ini, jumlah partikel yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-melayang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar, dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Manfaat adanya tajuk pada RTH ini adalah menjadikan udara lebih bersih dan sehat jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk di RTH.
2.    Ameliorasi iklim. Keberadaan RTH diupayakan untuk mengelola lingkungan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya permukaan yang diperkeras, sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik dari bumi.
3.    Pengelolaan sampah. RTH dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah yaitu dapat berfungsi sebagai penyekat bau, penyerap bau, pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah dan penyerap zat yang berbahaya dan beracun/B3 yang mungkin terkandung dalam sampah seperti loga berat, pestisida, serta B3 lain.
4.    Pelestarian air tanah. Sistem perakaran tanaman dan seresah yang berubah menjadi humus akan memperbesar jumlah pori-pori tanah, sehingga air hujan banyak yang meresap masuk kedalam tanah sebagai air infiltrasi (aquifer) dan hanya sedikit air yang menjadi limpasan (surface run-off). Dengan demikian, RTH yang dibangun pada daerah resapan air akan dapat membantu mengatasi masalah kekurangan air.
5.    Mengurangi tekanan yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan. Kesejukan dan kenyamanan yang ditimbulkan akibat adanya RTH mampu mengurangi kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO,SOx, NOx, dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan keberadaan RTH tersebut. RTH juga mampu mengurangi kekakuan dan monotonitas suatu kegiatan di kawasan yang sudah mulai terkena dampak pencemaran lingkungan.
RTH di Kawasan Industri Gresik
            Kawasan industri di Kabupaten Gresik disebut dengan Kawasan Industri Gresik (KIG). KIG merupakan kawasan industri yang dikelola oleh manajemen Petrokimia Gresik dan Semen Gresik. KIG merupakan kawasan industri yang didalamnya terdiri dari banyak industri, gudang, dan infrastruktur pendukungnya, sehingga kawasan ini cukup ramai dengan kendaraan.


(a)Citra satelit ruang terbuka  (b)Peta ruang terbuka
            Berdasarkan proses digitasi, luas ruang terbuka yang ada di KIG masih cukup besar. Tipologi RTH di KIG sebagian besar merupakan lahan terbuka atau lahan kosong yang ditumbuhi rumput dan semak belukar yaitu 50,91 ha. RTH berupa taman/kebun/hutan kota menempati luasan 16,35 ha, sementara RTH berupa lajur/jalur jalan hijau menempati luas lahan sebesar 4,97 ha. Untuk kondisi saat ini, lahan terbuka yang dapat berpotensi menjadi jalur/jalur hijau, taman, lahan terbuka yang banyak berupa semak-semak dan makam dengan luas total sebesar 72,29 ha. Berdasarkan data yang tersedia, luas total KIG adalah 135 ha. Dengan demikian, proporsi RTH terhadap total luas kawasan saat ini masih cukup luas yaitu 53,55%.
            Berdasarkan Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang disebutkan bahwa proporsi RTH pada wilayah paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, dimana 20% adalah RTH publik, dan 10% adalah RTH privat. Selain itu, Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri yang menyebutkan bahwa pola penggunaan lahan untuk pengembangan kawasan industri adalah dengan luas RTH minimum 10% dari total luas wilayah. Dengan demikian pada dasarnya luas RTH yang berada di KIG masih memenuhi standart tersebut.
            Jenis tanaman atau pohon yang terdapat di KIG cukup banyak, yakni 20 jenis tanaman. Beberapa jenis tanaman yang ada di KIG termasuk tanaman yang berfungsi sebagai peneduh jalan adalah angsana, beringin, trembesi, acacia, ketapang, asam kranji,kiara payung, tanjung, dan mahoni.
Pengembangan RTH di KIG
RTH di KIG perlu dikembangkan untuk meningkatkan fungsi dan kegunaan serta agar suasana yang terdapat di KIG menjadi semakin untuk keberlanjutan kawasan industri dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Salah satu cara untuk melakukan pengembangan adalah melibatkan pemerintah. Keterlibatan pemerintah akan memunculkan program-program baru, dan melalui program baru itu diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar. Salah satu program yang dapat dilakukan pemerintah adalah pembangunan program agrowisata.

Pembangunan program agrowisata dapat dilakukan dengan berbagai langkah alternatif seperti penerapan CSR terpadu yang efektif dan tepat sasaran, pengendalian tata ruang kawasan industri, dan sosialisasi peran dan fungsi RTH kepada masyarakat. Penerapan CSR terpadu ini bertujuan untuk melihat keseluruhan sistem dari kawasan industri dan dilakukan dengan efektif agar tidak menghabiskan banyak biaya. Pengendalian tata ruang kawasan industri dapat dilakukan agar terjadi pembagian kawasan RTH yang tidak hanya untuk mengurangi dampak secara ekologis, namun juga  diarahkan untuk mendukung aktivitas ekonomi masyarakat dengan salah satu pembagiannya berupa kawasan agrowisata. Penerapan CSR dan pengendalian tata ruang tidak akan bisa berjalan maksimal jika kurang keterlibatan masyarakat. Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi peran dan fungsi RTH agar masyarakat bisa berperan aktif dan sinergis dalam menerapkan keterpaduan program CSR dan pengendalian tata ruang berupa program agrowisata dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Senin, 12 November 2018

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH



LAPORAN PRAKTIKUM
GEOMORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH







AINUR ROHIM
NPM : 1625010146

SEMESTER V
GOLONGAN A2










LABORATORIUM SUMBER DAYA LAHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2018




I. PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Di mana geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform).
Obyek utama geomorfologi ialah bentuklahan, proses geomorfologi, genesa dan evolusi pertumbuhan bentuk lahan, beserta hubungannya dengan aspek lingkungan. Dalam hal ini utamanya mengupas tentang berbagai bentuk lahan dari bentukan berbagai asal proses yang berbeda. Bentanglahan atau landscape merupakan kombinasi atau gabungan dari bentuklahan. Mengacu pada definisi bentanglahan tersebut, maka dapat dimengerti bahwa unit analisis yang yang sesuai adalah unit bentuklahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bentanglahan selalu mendasarkan pada kerangka kerja bentuklahan (landform).
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan, dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu. Geomorfologi adalah studi yang mendeskripsi bentuklahan dan proses-proses yang menghasilkan bentuklahan serta menyelidiki hubungan timbal-balik antara bentuklahan dan proses-proses tersebut dalam susunan keruangan.
Kajian utama geomorfoloogi untuk analisis lansekap dan morfologi (bentuk-bentuk lahan) yang terdiri dari morfografi (uraian dari bentuk lahan) dan morfometri (ukuran bentuk lahan) dan morfogenesis (proses pembentukan bentuk lahan), Morfoarangemen (tata ruang alamiah bentuk lahan).Aspek tersebut juga digunakan dalam mengkaji ilmu-ilmu tanah, khususnya pada kajian Pedologi, Klasifikasi Tanah, Survey dan Penilaian Lahan. Perlu diketahui bahwa analisis lansekap sering digunakan untuk manganalisis bentang lahan baik dianalisis dari sebuah peta maupun citra ataupun secara lapang.
Kita ketahui bentang lahan dan bentuk lahan sebagai suatu permukann bumi yang didalamnya terkandung berbagai aspek yang dimaksudkan diatas, maka jelaslah bentang lahan dan bentuk lahan dapat dikatagorikan  sebagai sumber daya landscape yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dengan menganalisis bentang lahan tersebut berdasarkan geomorfiknya.




B.   Tujuan
1.    Mengetahui dan mempelajari bentang lahan (landscape)  berdasarkan ploting ketinggian secara manual mmenggunakan software Surfer v.15.
2.    Mengetahui dan mengintepretasikan bentang lahan (landscape)  berdasarkan ploting ketinggian secara manual mmenggunakan software Surfer v.15.
3.    Mengetahui cara klasifikasi hubungan antara hubungan kelas sudut lereng dengan penggunaan lahan
C.   Manfaat
1.    Mampu mengoperasikan  dan menggunakan software Surfer v.15 untuk menganalisa bentang lahan (landscape)  berdasarkan ploting ketinggian secara manual mmenggunakan software Surfer v.15.
2.    Mampu  mengintepretasikan bentang lahan (landscape)  berdasarkan ploting ketinggian secara manual menggunakan software Surfer v.15 dan menampilkan peta kontur, peta kontur 3D, gambar medan 3D, gambar penampang U-T dan penampang B-T.
3.    Mampu klasifikasi hubungan antara hubungan kelas sudut lereng dengan penggunaan lahan sesuai bentuk bentang lahan.



II. METODE PELAKSANAAN
A.   Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 September 2018 - 22 Oktober 2018 pukul 13.30 - 14.50 WIB di Laboratorium Sumber Daya Lahan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
B.   Alat dan Bahan
1.    Personal Computer 
2.    Software Surfer v.15
3.    Lembar peta plot titik ketinggian
4.    pensil teknis,
5.    penggaris
C.   Metode pelaksanaan
1.    Memploting ketinggian secara manual menggunakan software Surfer v.15.
2.    Menampilkan hasil plot titik ketinggian dan membandingkan dengan lembar deskripsi peta titik ketinggian.
3.    Menampilkan peta kontur, peta kontur 3D, gambar medan 3D, gambar penampang U-T dan penampang B-T.
4.    Mengklasifikasi hubungan antara hubungan kelas sudut lereng dengan penggunaan lahan.
5.    Membuat narasi tentang pemanfaatan lahan pada satuan geomorfologi tersebut.


 III. HASIL
        A. Titik Ketinggian


B.   Peta Kontur









   










                      IV. DESKRIPSI
Berdasarkan plot titik ketinggian pada lembar kerja dan yang menggunakan surfer mempunyai kesamaan. Dari lembar ke sampai ke plot ririk menggunakan skala 1:100 m atau 1 cm pada lembar menggambarkan 100 m di plot titik ketinggian.
4.1 Deskripsi Bentuk Topografi
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan tinggi rendahnya muka bumi. Dari peta topografi kita dapat mengetahui ketinggian suatu tempat secara akurat. Pada peta topografi terdapat garis-garis kontur yang menunjukkan relief muka bumi. Peta topografi menunjukkan bentuk-bentuk muka bumi. Peta topografi juga disebut juga dengan peta kontur. Dengan adanya peta kontur maka dapat diketahui relief atau tinggi rendahnya suatu permukaan bumi tersebut. Peta kontur tersebut dapat mencirikan suatu bentang alam seperti bukit, gunung, sungai, depresi dalam peta kontur karena mempunyai garis kontur yang khas. Jarak antara garis kontur dapat menunnjukan kelandaian atau kecuraman suatu lereng.
Berdasarkan peta kontur di atas dapat diketahui bahwa area tersebut merupakan kawasan perbukitan, terdapat satu bukit yang menonjol dengan ketinggian bukit adalah 300 m dpl. Dapat diketahui peta kontur tersebut menggambarkan satu bukit karena terdapat satu garis kontur yang memutar dimana semakin kecil lingkaran semakin tinggi ketinggiannya. Dilihat dari peta medan diketahui kawasan tersebut kawasan perbukitan memiliki medan yang yang naik turun yang berada di dataran rendah (<1000 m dpl).
Di kawasan tersebut mempunyai sudut kelerengan yang berbeda-beda didaerah bukit mempunyai sudut kelerengan tertinggi mencapai 177,96 % artinya sangat terjal dan sudut kelerengan rata-ratanya yaitu antara 80-90% yang tergolong sangat terjal. Dikawasan tersebut terdapat suatu cekungan (depresi) dengan ditandai adanya garis kontur yang melingkar dimana semakin kecil lingkaran semakin rendah ketinggiannya. Cekungan tersebut dapat menggambarkan suatu tempat penampung air seperti danau.
Betuk lereng yang ada pada peta tersebut adalah lereng berbentuk cekung dan cembung. Untuk panjang lereng bervariasi berkisar antara 20-1200 m. untuk lereng terpanjang terletak pada penampang utara-selatan yang tepat pada titik tertinggi bukit yaitu dengan panjang 1071 m lebih (dapat dilihat pada gambar dibawah ini).



4.2 Klasifikasi hubungan antara hubungan kelas sudut lereng dengan penggunaan lahan

Tabel 1.  Hubungan penggunanaan lahan dengan sudut lereng secara optimum

Penggunaan atau aktifitas

Kelas sudut lereng (%)
0-3
3-5
5-10
10-15
15-30
30-70
> 70
Rekreasi umum
+
+
+
+
+
+
+
Bangunan terhitung
+
+
+
+
+
+
+
Penggunaan kota umum
+
+
+
+



Jalan urban / kota
+
+
+




Pusat perdagangan
+
+





Jalan raya / tol
+
+





Lapangan terbang
+






Jalan kereta api
+






Jalan lain
+
+
+
+
+
< 45

Kawasan pertanian
+
+
+
+
+
+
+
Kawasan industri
+
+





Kawasan pariwisata
+
+
+
+
+
+
+
Kawasan pemukiman
+
+
+





Penggunaan suatu lahan harus disesuaikan dengan potendi dari lahan tersebut. daerah dengan kemiringan lereng merupakan salah satu yang harus diperhatikan. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa kelas atau tingkat kelerengan menentukan suatu bentang alam kawasan tersebut. kelas lereng yang mempunyai tanda + menunjukan lahan tersebut mampu untuk dijadikan bentang alam tersebut. Apabila suatu lahan yang di alih fungsikan mejadi sesuatu yang tak mampu ditopangnya maka terjadilah suatu degradasi lahan yang dapat mengakibatkan lahan tersubut tidak optimum penggunaannya dan bahwan berdampak ke area lain seperti daerah dibawahnya.



4.3 Pemanfaatan lahan pada satuan geomorfologi
Pemanfaatan lahan pada satuan geomorfologi ditentukan dari berbagai aspek atau cirri-ciri dari geomorfologi dari wilayah tersebut. cirri-ciri tersebut yaitu keadaan topografi dan morfologinya. Keadaan topografi berupa bagian kelerengan (puncak, lereang bagian atas, lereng bagian tengah, lereng bagian bawah, atau dasar lembah), ketinggian (perbukitan, dataran rendah, perbukitan rendah, perbukitan, perbukitan tinggi, atau pegunungan. Morfologinya berupa kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng. Serta aspek lainnya berupa pola aliran sungai (Bermana, 2006).
Berbagai tipe penggunaan lahan dijumpai di permukaan bumi, masing-masing tipe mempunyai kekhususan tersendiri. Tipe penggunaan lahan secara umum meliputi pemukiman, kawasan budidaya pertanian, padang penggembalaan, kawasan rekreasi dan lainnya. Badan Pertanahan Nasional mengelompokkan jenis penggunaan lahan sebagai berikut : (1) pemukiman, berupa kombinasi antara jalan, bangunan, tegalan/pekarangan, dan bangunan itu sendiri (kampung dan emplasemen); (2) kebun, meliputi kebun campuran dan kebun sayuran merupakan daerah yang ditumbuhi vegetasi tahunan satu jenis maupun campuran, baik dengan pola acak maupun teratur sebagai pembatas tegalan; (3) tegalan merupakan daerah yang ditanami umumnya tanaman semusim, namun pada sebagian lahan tak ditanami dimana vegetasi yang umum dijumpai adalah padi gogo,singkong, jagung, kentang, kedelai dan kacang tanah;(4) sawah merupakan daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utama dengan rotasi tertentu yang biasanya diairi sejak penanaman hingga beberapa hari sebelum panen;(5) hutan merupakan wilayah yang ditutupi oleh vegetasi pepohonan, baik alami maupun dikelola manusia dengan tajuk yang rimbun, besar serta lebat; (6) lahan terbuka, merupakan daerah yang tidak terdapat vegetasi maupun penggunaan lain akibat aktivitas manusia; (7) semak belukar adalah daerah yang ditutupi oleh pohon baik alami maupun yang dikelola dengan tajuk yang relatif kurang rimbun (Widyaningsih, 2008).

Berdasarkan satuan geomorfologi yang terdapat di kawasan peta tersebut adalah daerah perbukitan (200-500 m), perbukitan rendah (50-200 m) dan dataran rendah (< 50 m). Umtuk di area perbukitan yang mempunyai kemiringan lereng yang terjal merupakan kawasan yang dilindungi jadi untuk lahannya tidak dianjurkan sebagai lkawasan industri pertanian melainkan kawasan hutan lidung atau suaka marga satwa. Untuk area kawasan perbukitan rendah yang mempunyai kelerengan landai < 30O dapat digunakan sebagai kawasan hutan industri dan dibawah kelerngan itu dapat digunakan sebagai lahan pertanian budidaya. Begitu juga dikawasan dataran rendah dapat dijadikan pertanian budidaya tanaman dataran rendah dan juga sebagai kawasan perkotaan atau industri.




V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan adalah:
1.   Satuan geomorfologi dapat menentukan bentang alam dari suatu kawasan.
2.   Dilihat dari peta kontur dapat melihat bentang alam atau topografi suatu kawasan.
3.   Kemiringan lereng menentukan kemampuan sautu lahan.
4.    Peta kontur yang ada pada gambar menunjukan kawasan perbukitan dengan ketinggian maksimum 300 m dpl dan kelerengan yang sangat terjal. kawasan tersebut di bagi menjadi 3: kawasan hulu (perbukitan) berdasarkan kemampuannya dapat dijadikan sebagai daerah tangkapan air yaitu vegetasi hutan lindung. Kawasan tengah (perbukitan rendah) berdasarkan kemampuannya dapat dijadikan lahn hutan inudtri maupun budidaya semusim, dan kawasan hilir (dataran rendah) dapat dijadikan lahanbudibaya tanaman semusim maupun perkotaan.
















DAFTAR PUSTAKA

Bermana, Ike. 2006. Klasifikasi Geomorfologi untuk Pemetaan Geologi Yang Telah Dibakukan. Bulletin of Scientific Contribution, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006 : 161-173.
Thornbury, 1970. Principle Of Geomorfoogi. New York : John Willey and Sons, INC.
Verstappen., H. Th. 1983. Applied Geomorphology.Geomorphological Sureys for Environmental Management. Amsterdam: Elsivier.
Widyaningsih, Iin Widiatni. 2008. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan di Sub Das Keduang Ditinjau dari Aspek Hidrologi. Diakses dari https://eprints.uns.ac.id/6376/1/75081307200905161.pdf pada 09 November 2018 pukul 06.40 WIB